Selasa, 17 Januari 2012

Bidadari Biru

Diposting oleh Ken Mercedez di 11.19.00
“Happy bhirthday to you... happy bhirthday to you...” kami bertepuk tangan sambil bernyanyi lagu ulang tahun untukku yang hari ini genap berusia 17 tahun. Walau tidak sempat membeli kue karena ini dadakan untukku, kami masih bisa menaruh lilin – lilin sejumlah 17 butir di atas meja kayu kamarku.
“Sekarang tiup lillin kan?” tanyaku semangat.
“Yups!” kata Kitty.
“Yeeee!” lalu dengan kebahagiaan yang meluap-luap, kutiup lilin-lilin dihadapanku.
“Lho, kok gak ucapin permohonan dulu?” Melody baru inget.
“Ampun deh, bego banget sih loe!” Kitty menjitak kepalaku.
Aku tertawa cengengesan.
“Belum terlambat kok. Ayo ucapin keinginanmu, Cat...” ujar Melody semangat.
“Ah, jadi kayak kucing aja. Jangan panggil aku ‘Cat’ doang...” protesku. Tapi aku segera meratap, berdoa.
“Tuhan... berikan aku cinta... cinta... cinta yang datang dengan unik...” ucapku semangat.
“Bego! Doa kayak gitu!” sekali lagi Kitty menjitak kepalaku. Sementara Melody cekikikan.
“Sayang ya, kita ngerayain ulang tahun gak pake kue tart...’ kataku lemas.
“Nih, meja kayu ini bisa kamu makan juga kok sebagai gantinya kue tart...” gurau Melody.
“ah... bisa ompong aku!” selorohku.
“Yuhuuu... Catty Honey Booney Sweety... Ik datang...” suara yang dimerdu-merdukan itu hampir membuat gendang telingaku pecah.
“Paman, jangan malu – maluin dong!” aku ngambek saat Paman Adi yang ‘melambai itu memasuki kamarku.
“Liat nih... Apa yang Ik bawa,” Paman Adi menyodorkan setangkai mawar merah tepat di depan hidungku.
“Huachy!” aku bersin tak tertahankan. Aku sangat alergi bunga!
“Paman ini sengaja ya?” ujarku. Paman Adi hanya terkekeh lalu lari. Detik selanjutnya aku mengejar pamanku dengan bantal dan guling. Sementara Melody dan Kitty hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kami berdua. Aku dan paman hanya hidup berdua, dia satu-satunya keluargaku. Dan kami selalu melakukan hal-hal konyol seperti ini.
***
“Ada lomba Fashion show di Gelora! Ikut yuk?” ajak Melody saat aku sedang asyik membuat kue resep baru yang akan jadi bahan ujian praktekku nanti.
“Ah, gak minat!” kataku cuek.
“Yaaah... kalau gitu, kamu aja yang jadi modelku ya?” Melody mulai merayu Kitty yang sedang asyik merajut.
“Ah... malas!” Kitty menggeliat.
“Hadiahnya 10 juta lho!” Melody tak putus asa merayu Kitty.
“Apa??? 10 juta!” mendadak mata Kitty berbinar bak lampu neon. Cewek yang masuk jurusan menjahit di SMKku ini memang tergila-gila pada uang. “Aku mau deh jadi modelmu...”
“Sip!” Melody tersenyum puas. Melody memang senang mendandani orang. Karna itu ia masuk jurusan Kecantikan. Beda denganku yang doyan memasak, aku masuk jurusan Tata Boga. Dan aku paling anti dengan make-up dan semua yang berbau kecantikan. Penampilanku sederhana, sama sekali tidak modis karena aku suka mengenakan celana model monyet yang ada talinya itu tuh... rambutku juga dipotong model ‘Bob’. Yang ini agak gaul, mirip Agnes Monica. Hihihi...
“Jurinya siapa?” tanya Kitty antusias.
“Jurinya ada 3, Martha Pangestika, si perancang busana super keren itu. Trias Mardani yang ahli make-up artis, dan Moreno Candius. Model cakep itu lho!” jelas Melody.
“Apa?!” sekarang aku yang histteris mendengar nama Moreno.
Melody menganmgguk. “Hadiah untuk juara 1 10 juta, juara 2 dapet 7 juta, dan juara 3 dapetnya 5 juta,”
“Kalau gitu aku mau ikut deh! Dandani aku ya?” tiba-0tiba aku kerasukan bidadari centil. Aku mulai merengek-rengek pada Melody.
“Kamu gimana sih? Tadi gak mau. Sekarang modelnya Melody kan aku,” Kitty menjitak kepalaku. Lagi!
“Uhhh... Bisa nggak sih kamu gakj ngejitak kepalaku!” aku meprotes Kitty.
“Sori... Abis kepalamu enak sih buat dijitakin. Licin bo...” Kitty cengengesan.
“Nih rasain pembalasanku!” aku menjitak kepala Kitty.
“Jangan ribut!” seru Melody. “Catty, kalo kamu mau ikut, cari anak Kecantikan lain yang lagi cari model deh!”
Aku terdiam. Siapa yang mau mendandani aku yang tidak punya pesona ini ya? Apa aku sebaiknya tidak usah ikut aja? Tapi aku ingin menjadi pusat perhatian Moreno. Duuh... gimana nih?!
***
Sudah satu minggu aku mencari anak yang masih tidak memiliki model untuk acara Fashion itu. Tapi hasilnya nihil karena mereka semua sudah punya pilihan. Aku jadi murung. Hari ini kuhabiskan untuk melamun di taman sekolah.
“Ehm...” seseorang berdehem di sampingku.
Aku melirik sekilas. Oh... ternyata Duo Ratu yang datang. Anak dari kelas kecantikan dan Tata Boga si biang gosip. Mereka bernama Ratih dan Utami. Duo Ratu itu singkatan nama mereka.
Tapi untuk apa mereka datang menghampiriku?!
“Ada apa?” tanyaku dengan nada enggan.
“Denger – denger.. ada yang lagi cari penata rias ya?” pancing Utami, si cewek jurusan memasak.
Aku diam saja. Pasti maksudnya meledek.
“Aku lagi cari model, lho...” kali ini Ratih yang bersuara.
“Hah? Yang bener?” aku jadi semangat. Mataku berbinar bak lampu neon.
Ratih mengangguk.
Aku senaaaaang sekali! Jadi aku menyetujui tawaran mereka untuk menjadi model di acara loma Fashion Show besok. Tak kusangka mereka ada baiknya juga!
***
“Paman, udah dong!” aku merrengek saat Paman Adi sibuk membedaki, menyemprotkan parfum, dan menyuapiku makan sekaligus.
“Aku telat niiiih!” aku mulai mencak-mencak.
“Sabar dong, Sayang... Ik cuma pengen ye kelihatan cantik hari ini,”
“Iya, iya... yuk berangkat!” aku segera meletakkan piring, parfum, dan bedak di meja.
“Yuk..” kata Paman Adi genit. Kami lalu menaiki mobil kodok putih milik Paman Adi.
***
Aku segera memasuki ruang tata rias di belakang panggung. Ternyata sudah banyak cewek yang berbusana cantik disana.
“Permisi...” aku berjalan mendekati Mario, cowok ganteng yang masuk jurusan kecantikan ini. Tapi dia sama sekali nggak melambai seperti pamanku. Ia sedang sibuk berbicara lewat telepon.
“Ya, ada apa Cat?” tanya Mario dengan raut gelisah. Aku sedikit kesal disapa ‘Cat’. Seperti kucing saja...
“Kamu liat Ratih?” tanyaku.
“Oh, disana...” Mario menunjuk arah di depannya. Tepat saat itu aku melihat Ratih bersama Utami. Aku sedikit heran, Utami didandani siapa? Apa dia ikut fashion juga? Karena dia sudah siap dengan gaun marunnya.
“Kemana aja sih kamu? Udah telat 1 jam nih!” Ratih ngomel – ngomel.
“Maaf...” hanya itu yang bissa kukatakan. Ukh! Ini semua gara – gara Paman Adi!
“Ya udah, sini duduk! Tapi mata kamu harus ditutup biar surprise!” kata Ratih. Ia memasangkan sapu tangan untuk menutup mataku. Aku sih menurut saja. Lagi pula aku tidak tahu-menahu tentang tata rias.
“Selesai!” kata Ratih saat 1 jam telah berlalu. Aku membuka penutup mataku. Tapi... aku jadi penasaran karena ku dengar semua orang tertawa. Ku buka kedua mataku dan.... AAAAAA!!! Aku syok!
“Apa – apaan ini?” aku terlonjak. Penampilanku sangat berantakan. Lipstik merah menyala, eye shadow ‘merah-kuning-hijau’, blush on merah muda norak, dan rambut palsu tak berbentuk. Sangat norak dan tidak cocok dengan gaun mekarku, topi koboi, sepatu bots. Apa – apaan ini? Aku seperti orang gila saja.
“Kamu tega!” aku berlari menuju ambang pintu persimpangan antara toilet pria dan wanita. Aku menangis sejadi – jadinya disana. Dimana tak seorangpun melihatku.
“Kamu kenapa?” Itu suara Mario.
Aku mendongak, “Kamu lihat kan? Aku seperti badut idiot...” ratapku. Sungguh, baru kali ini aku menangis di hadapan cowok.
“Jangan nangis.kamu percaya sihir? Aku akan menyihirmu menjadi bidadari!” kata Mario.
Aku masih tidak percaya. Tapi Mario menggandeng tanganku memasuki ruang make up-nya. Oh, Tuhan... Dia bahkan tidak meminta persetujuanku dulu. Tapi aku seperti terkena sihir beneran! Aku hanya diam, pasrah dengan semua langkah cekatannya memperbaiki make up-ku.
“Sekarang kamu tinggal pake baju ini...” Mario menyodorkan gaun biru padaku. Aku menurut, aku segera mengepas baju di ruang ganti.
Tidak berapa lama kemudian, aku tercengang saat melihat penampilanku yang memukau.
“Kamu Bidadari Biruku sekarang...” bisik Mario lembut.
Aku tersipu. Lalu kami melangkah menuju belakang panggung. Semuanya terpana melihatku masuk, tadinya aku seperti badut, tapi sekarang dengan balutan busana biru langit tanpa lengan yang dipadukan cardigan putih, serta high heels tali spagetty biru langit, aku terlihat fresh! Bahkan aku tak perlu mengenakan rambut palsu.
***
Mario Candius melenggang ke atas panggung. Aku dengar dadaku berdegup kencang. Oh, Tuhan... Semoga jantungku tidak copot.
“Akan saya umumkan Juara Pertama Lomba Fashion malam ini.”
Aku makin merasa tegang.
“Pemenangnya adalah...” suara Moreno Candius membuat jantung para kontestan hampir copot. “Mario dan Catty Wilma dengan tema ‘Bidadari Biru’...”
Waah! Aku tak menyangka. Saking girangnya aku sampai memeluk Mario yang berdiri di sampingku.
“Silahkan, pemenang maju ke depan...” kata juri yang lain.
Mario menggandeng tanganku. Kami berjalan menuju podium, menerima piala dan.... bunga! Oh, tidak! Aku ingin bersin jadinya. Mati – matian aku berusaha menahan. Tapi, saat mikrofon diarahkan padaku oleh pembawa acara, satu – satunya yang kulakukan adalah bersin! Oh, betapa malunya aku. Semua orang tertawa. Aku memandang Mario, aku cemas dia ikut malukarena aku. Tapi ternyata dia tersenyum hangat.
***
“Wah, selamat ya!” Melody dan Kitty yang meraih juara 2 memelukku bergantian.
“Untung aja modelnya Mario gak bisa datang, jadi kamu deh yang beruntung!” kata Kitty.
“Eh, jangan gitu...” kataku malu – malu.
“Keponakanku tersayang...” Paman Adi datang lalu memelukku dengan gaya lincah plus genitnya.
“Paman...” kali ini aku tidak merasa kesal pada Pamanku yang ‘melambai’ itu.
“Nih, ada cowok ganteng yang nitip ini buat kamu,” Paman Adi menyerahkan selembar kertas yang terlipat padaku. Aku segera membukanya. Melody dan Kitty ikut mengintip.
“DINNER????”
Mario
Olala!!! Sepertinya perjalanan cintaku akan segera dimulai.
“Wah, impianmu segera terkabul nih!” Melody merangkulku.
“Tuhan... berikan aku cinta... cinta... dan cinta yang datang dengan unik....” Kitty menirukan ekspresi dan ucapanku saat aku megucapkan permohonanku di hari ulang tahunku dulu.
“Dasar!” aku menjitak kepala Kitty.
Jadi... aku harus berdandan seperti apa nanti malam saat dinner bareng Mario???

SELESAI

0 komentar:

Posting Komentar

 

Ken Mercedez Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting