Jumat, 27 April 2012

Pendidikan Karakter Bangsa Sebagai Penunjang Perilaku Birokrat yang Berorientasi Kesejahteraan Sosial

Diposting oleh Ken Mercedez di 18.54.00 0 komentar

Karakter bangsa dalam antropologi (khususnya masa lampau) dipandang sebagai tata nilai budaya dan keyakinan yang mengejawantah dalam kebudayaan suatu masyarakat dan memancarkan ciri-ciri khas keluar sehingga dapat ditanggapi orang luar sebagai kepribadian masyarakat tersebut(Ade Armando, 2008 : 8).
Bangsa yang memiliki karakter baik diwujudkan dengan kebiasaan masyarakatnya yang senantiasa melakukan hal-hal yang baik. Karakter merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa karena karakter merupakan kombinasi dari kualitas-kualitas khusus masyarakatnya yang akan membuat bangsa tersebut berbeda dari bangsa-bangsa yang ada di dunia ini. Seseorang dapat dikatakan berkarakter apabila bertingkah laku sesuai dengan kaidah moral.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai – nilai kesopanan, sehingga dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah. Selain itu bangsa Indonesia merupakan bangsa yang selalu bergotong royong, sehingga dapat dikatakan solidaritasnya kuat. Tidak semua bangsa di dunia memiliki karakter ini, tetapi bangsa Indonesia memilikinya sejak dulu.
Ketika Indonesia terdiri dari bermacam – macam kerajaan, disana telah terbentuk budaya – budaya yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. hal ini dibuktikan dengan penanaman budaya gotong royong membangun desa, menanam padi bersama, berburu bersama – sama, hingga menumbuk padi bersama. Ada suatu solidaritas yang tinggi di masyarakat Indonesia pada masa itu.
Di sisi lain, masyarakat Indonesia memiliki tingkatan bahasa. Dalam suku Jawa, dikenal tingkatan bahasa yang disebut ngoko, krama, dan krama inggil. Tingkatan bahasa ini digunakan untuk membedakan seseorang dari golongan usia. Tujuannya, agar seseorang yang lebih muda dapat menghormati orang yang lebih tua dan orang yang lebih tua dapat mengayomi orang yang lebih muda. Tingkatan bahasa ini sebenarnya tidak hanya berlaku di suku Jawa, karena pada realitanya suku – suku lainnya seperti suku Madura dan Sunda juga menerapkan hal yang sama. Hingga saat ini di masyarakat pedalaman juga menggunakan tingkatan bahasa yang hampir serupa. Untuk menghormati orang lain pun dilakukan dengan membungkukkan badan ketika lewat di depan orang lain, juga mengucapkan salam. Hal ini membuktikan bahwa sejak jaman dulu masyarakat Indonesia telah memiliki karakter yang baik.
Kemudian pada masa penjajahan Belanda, masyarakat Indonesia bersatu padu melawan penjajah dengan bersenjatakan bambu runcing saja. Kesederhanaan ini didasari dengan semangat juang tinggi sehingga mampu mengusir penjajah yang menggunakan senjata canggih pada masa itu.
Karakter bangsa Indonesia sudah sepatutnya dilestarikan. Pada masa pemerintahan Soekarno, dilakukan upaya pembangunan karakter atau National Building, dan pada masa Presiden Soeharto juga dilakukan P4 dengan tujuan melestarikan  karakter bangsa Indonesia pada generasi penerus bangsa.
Hingga saat ini pun pendidikan karakter ini juga dilestarikan dengan adanya pendidikan Pancasila. Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang merupakan pedoman hidup bangsa. Disini karakter bangsa Indonesia dirangkum menjadi lima sila yang harus melekat pada setiap pribadi bangsa Indonesia.
Pada sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa diajarkan bahwa dalam kehidupan ada Tuhan yang selalu mengawasi perilaku kita. Oleh karena itu kita diharuskan untuk selalu mematuhi perintah Tuhan dan menjauhi larangan – larangan-Nya.
Pada sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memiliki pengertian bahwa manusia memiliki adab atau perilaku yang baik dan adil. Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang baik diharuskan bersikap adil dan baik terhadap sesama. Selain itu disini juga dijunjung Hak Asasi Manusia (HAM).
Pada sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia menyatakan bahwa bangsa Indonesia harus selalu bersatu dan tidak bercerai berai. Persatuan harus selalu dijaga agar Indonesia menjadi negara yang kokoh.
Sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan Pancasila”, memiliki arti bahwa rakyat dipimpin oleh pemimpin yang bijaksana. Disana rakyat diwajibkan untuk patuh, dan pemimpin yang berkuasa tidak boleh lupa pada rakyatnya. Hal ini dikarenakan untuk mengambil suatu keputusan, pemimpin harus selalu bermusyawarah dengan rakyat. Tujuannya agar rakyat sepakat dan mendukung pembangunan dengan semangat gotong royong. Sehingga kesepakatan yang diambil tidak merugikan rakyat dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Sedangkan pada sila kelima, Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia bertujuan untuk menciptakan keadilan yang tidak memihak dan tidak tidak berat sebelah. Negara Indonesia sebagai negara hukum harus bersikap adil dan mengayomi rakyatnya.
Apabila birokrat di Indonesia memahami nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila ini maka Indonesia akan menjadi negara yang makmur dengan rakyat yang kesejahteraannya terjamin. Pembangunan selalu didukung oleh semangat gotong royong rakyatnya.
Sayangnya di Indonesia saat ini, masyarakat mulai kehilangan jadi diri bangsa. Hal ini terjadi karena masuknya pengaruh asing yang menyebar cepat melalui perkembangan teknologi. Saat ini begitu mudahnya mempelajari budaya asing dengan menggunakan teknologi sehingga membuat masyarakat terbuai dan meninggalkan jati dirinya yang sesungguhnya.
Dimulai dari tunas – tunas bangsa, dari anak – anak hingga orang dewasa. Kini masyarakat semakin meninggalkan warisan nenek moyang kita. Anak – anak lebih suka mendengarkan lagu bernuansa percintaan daripada mendengarkan lagu daerah atau lagu – lagu nasional. Hal ini dapat menyebabkan anak – anak berpikir dewasa sebelum waktunya. Pada masa remaja mereka kemudian mencoba berbagai hal yang dianggap tabu. Mulai dari pergaulan bebas, mencoba budaya – budaya asing yang terangkum dalam gemerlap dunia malam. Disana mereka belajar mengenal budaya hedonisme yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. penyalahgunaan narkoba merajalela, tunas – tunas bangsa teracuni oleh hal – hal tidak berguna yang berujung pada kematian. Inspirasi – inspirasi kaum muda yang seharusnya dapat memajukan bangsa terputus oleh tali hitam dunia malam. Tak hanya tunas – tunas bangsa yang mulai terpengaruh budaya asing, orang – orang dewasa pun mengalami hal yang sama. Mereka kini disibukkan dengan suap menyuap dalam birokrasi, serta korupsi. Nilai – nilai kebersamaan digantikan oleh individualitas yang ingin menguntungkan diri sendiri dan tidak peduli pada nasib orang lain.
Contoh lain dapat kita temui di masyarakat perkotaan. Masyarakat di daerah perkotaan kini tidak saling mengenal dengan tetangga sendiri. Mereka yang hidup di perkotaan menjunjung tinggi privasi sehingga untuk sekedar menanyakan sesuatu dianggap melampaui privasi orang lain. Nilai – nilai gotong royong pun memudar, digantikan dengan individualitas. Selain itu, kepentingan – kepentingan sesaat yang ada pada pikiran orang dewasa membuat mereka lupa untuk mengajarkan budaya sopan santun pada anak – anak mereka. Hal ini menyebabkan kaum muda Indonesia menjadi kaum yang tidak memiliki toleransi dan sopan santun yang tinggi. Citra Indonesia sebagai bangsa yang ramah dapat tergantikan menjadi bangsa yang acuh.
Bangsa Indonesia sulit maju dengan kondisi masyarakat yang demikian. Nilai – nilai yang ditanamkan dari dulu semakin tergantikan dengan arus baru yang tidak sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia. Keadaan semacam ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Masyakarat harus disadarkan pada nilai – nilai Pancasila yang merupakan rangkuman budaya dan falsafah bangsa Indonesia. Pancasila yang merupakan pendidikan karakter sangat perlu diberikan kepada bangsa Indonesia sejak dini. Pendidikan ini dapat membentuk suatu paradigma dan karekteristik agar menjadi bangsa yang maju didukung dengan moral yang baik. Pembentukan karakteristik yang baik bagi bangsa akan membentuk suatu negara yang memiliki sumber daya manusia yang lebih baik dan bermartabat ditinjau dari nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam suatu negara.
Pendidikan karakter  pancasila ini dapat diberikan sedari dini di bangku sekolah. Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
Pada hakekatnya, hanya pendidikan karakter Pancasila inilah yang dapat membentengi diri bangsa Indonesia dari pengaruh budaya asing. Pancasila dapat menjadi filter untuk memilah budaya asing mana yang dapat diserap dan mana yang harus dihindari. Pancasila sendiri merupakan ideologi yang terbuka, sehingga tidak selalu menuntut hal yang tidak pernah berubah. Pancasila mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman.
Dengan adanya teknologi yang canggih saat ini, pendidikan Pancasila tidak hanya dapat diberikan di sekolah, tetapi juga melalui internet, televisi, dan radio. Pancasila diajarkan melalui hal – hal menarik dalam kemasan teknologi canggih, seperti yang termuat dalam kandungan film – film produksi negeri yang mendidik. Pancasila dalam wujud filter menyaring budaya asing dalam teknologi modern, seperti misalnya Lembaga Sensor Indonesia yang bertujuan untuk memutus transfer budaya asing yang tidak mendidik generasi bangsa. Sehingga tunas – tunas bangsa dapat terhindar dari pengajaran yang salah.
Dengan adanya pendidikan karakter ini diharapkan bangsa Indonesia dapat mengenali identitasnya sebagai bangsa yang berbudi luhur, gotong royong, sopan santun. Dalam birokrasi pun para birokrat harus disadarkan pada tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Mereka tidak boleh lupa bahwa untuk mengambil sebuah keputusan harus didasarkan pada hasil musyawarah bersama. Sehingga rakyat tidak disengsarakan. Dengan demikian maka rakyat akan mendukung keputusan pemerintah dan bersatu padu membangun bangsa yang besar dan sejahtera.

Senin, 02 April 2012

Analogi Kehidupan dengan Bermotor di Jalanan

Diposting oleh Ken Mercedez di 20.57.00 0 komentar
Suatu sore saat hujan grimis, aku mengendarai motorku dari Bondowoso ke Jember. Di tengah perjalanan pikiranku melayang kemana - mana, kemudian aku menemukan sebuah filosofi ala diriku sendiri seperti berikut ini.

Hidup itu dapat dianalogikan seperti saat kita mengendarai motor di jalanan. Kita punya modal yaitu motor, dan keahlian untuk berkendara, sama seperti hidup, kita punya modal dan kemampuan untuk mencapai tujuan kita.
Jalan mempunyai dua sisi, yaitu sisi dimana kita melaluinya dan sisi yang berlawanan dengan kita. Di sisi jalan yang berlawanan dengan kita, orang - orang yang melaluinya jelas memiliki tujuan yang berbeda dan bersebrangan dengan kita. Tapi di sisi kita, ada orang - orang lain yang punya jalur sama dengan kita. Kadang kita saling mendahului, tegantung pada kecepatan kita mengendarai motor. Ini sama dengan hidup, kadang kita mendahului atau didahului tergantung seberapa cekatan diri kita.
Terkadang proses mendahului ini menimbulkan gesekan sehingga ada pihak yang jatuh bahkan terluka. Itu namanya persaingan tidak sehat. Sebenarnya kita punya 2 kaca spion untuk berhati - hati. Kaca spion ini adalah mata dan nurani kita. kalau kita mau melihat pada spion, kita dapat mengatur strategi agar seminimal mungkin tidak bergesekan dengan orang lain.
Di kanan kiri jalan banyak sekali panorama yang mungkin membuat kita terkesan. Kalau kita terlalu terkesima, kita bisa lupa jalan dan tujuan kita di depan dan bisa jadi kita menabrak sesuatu, terjatuh, bahkan tidak sampai pada tujuan kita. Itulah godaan duniawi.
Hm... begitulah renungan yang kudapatkan di jalan. Aku pengen share ini agar kita semua bisa memetik sesuatu dari renungan ini. Take care, Guys. :D

 

Ken Mercedez Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting