Jumat, 08 Maret 2013

Cinta Terakhirku

Diposting oleh Ken Mercedez di 11.37.00 0 komentar


Seorang wanita sedang berdiri di dekat bangku taman. Sesekali ia melihat jam tangannya lalu menyedot gelas jusnya dengan gusar. Tak lama kemudian seseorang berlari – lari mendekat.
Hei, kemana saja kau!” hardik wanita itu. Beberapa orang menoleh padanya, tapi ia tak peduli.
“Ssstttt...” pria yang berlari mendekat itu menempelkan jari telunjuk di tangannya sambil melirik kanan kiri. “pelankan suaramu!”
“Aku disini sudah satu setengah jam! Kemana saja kau!” wanita itu masih menghardik.
“Aigoo... cantik sekali. Kau habis dari salon, Hana-a?” pria itu memperhatikan wanita yang sedang gusar itu dari atas sampai bawah.
“Omo. Apa yang kau lakukan?”
“Hana-a, kau sudah banyak berubah,” pria itu tersenyum, kemudian tatapannya berganti menyelidik. “Sifatmu yang tetap sama,”
“Itu karna Oppa!”
“Bukan karnaku, tapi sifatmu tetap pemarah dari dulu kala,” cibir si Pria. “Apa oleh – olehmu dari Bali?”
“Tidak ada,” jawab wanita bernama Hana itu cepat.
“Hahaha. Kau tidak sungguh – sungguh melupakan Oppa, bukan?”
“Oppa, mari makan kue beras buatan bibi. Aku sudah lapar,” Hana memegangi perutnya seperti sedang mulas.
“Kau merayuku? Hanya ini perubahanmu?”
“Oh Soo Oppa, jangan menggodaku. Aku pergi saja,” wanita berambut sebahu itu membalikkan badan lalu berjalan menjauh.
“Ya ya ya! Mau kemana kau?” Oh Soo membuntuti Hana. Keduanya berjalan cepat.
Sambil berjalan menikmati keindahan Seoul di kala malam hari, Oh Soo sesekali melirik Hana yang sepertinya cuek saja dari tadi hingga tidak mengajaknya mengobrol.
“Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu,” kata Oh Soo kemudian.
“Apa?” Hana menoleh.
“Aku baru menyadari sesuatu. Semoga saja tidak terlambat,” lanjut Oh Soo.
“Apa itu?”
“Aku sedang jatuh cinta. Aku baru menyadarinya setelah ia pergi beberapa waktu. Tapi kemudian gadis itu kembali,” Oh Soo tersenyum simpul kemudian menunduk malu.
“Oppa, kau terlalu sering jatuh cinta,” Hana menyikut bahu Oh Soo. “Kau tahu, aku juga sedang jatuh cinta,”
“Padaku?” Mata Oh Soo berkilat – kilat.
“Jangan bercanda,” Hana tertawa. “Omo, aku hampir lupa. Ini untukmu,” Hana menyerahkan sebuah kertas berwarna biru laut yang sejak tadi dipegangnya pada Oh Soo.
“Apa ini?” Oh Soo membolak – balik kertas yang terbungkus pita berwarna kuning emas itu.
“Undangan pernikahanku untukmu. Kau temanku sejak kecil. Ketika ayahku menjadi duta besar di Korea Selatan, kau tetangga pertamaku. Jadi walaupun aku sudah hampir setahun di Indonesia, aku tak akan lupa mengundangmu di hari bahagiaku,”
Oh Soo sangat terkejut. Bukan karna kata – kata manis Hana tentang dirinya, melainkan penuturan wanita itu tentang pernikahannya yang sudah di depan mata.
“Kau akan datang kan, Oppa?” tanya Hana memastikan.
“Tentu saja,” jawab Oh Soo dengan tenggorokan tercekat. “Tapi kau tak pernah cerita tentang kisah cintamu,”
“Itu karna di setiap email, Oppa selalu bercerita tentang gadis ini, gadis itu yang selalu mampir di hatimu kemudian pergi dengan cepat. Aku tak sempat menceritakan kisahku padamu,” jelas Hana.
“Namanya Putra. Ia rekan kerjaku di Bali. Ia terus mengejarku meski aku mengacuhkannya. Lama kelamaan itu menggoyahkan hatiku juga,”
“Dia pasti orang yang hebat,” kata Oh Soo. Bisa menakhlukkan wanita yang tidak percaya pada cinta bukanlah hal mudah.
“Oppa, aku sangat bahagia. Dia cinta pertamaku,” kata Hana dengan binar – binar di matanya.
“Dan kau cinta terakhirku,” kata Oh Soo dalam hati.
Selesai
 

Ken Mercedez Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting